Jumat, 21 Oktober 2016

Rindu?

Pernah ada satu masa, dimana kita berbincang dari langit malam hingga pagi. Ketika aku lupa rasanya malam berserta heningnya. Satu masa yang entah mengapa begitu sulit untuk menghilang dari ingatan karena terlalu banyak bayang bayang.

Pernah ada satu masa, dimana kamu pernah menjadikanku pagi hingga malam mu. Ketika kita tak pernah peduli ada kata 'Siapa' diatara aku dan kamu. Satu masa dimana bahagia sesederhana itu.

Pernah ada satu masa, dimana kamu pernah aku jadikan malaikat tak bersayapku. Ketika aku tak perduli lagi seberapa muaknya kamu mendengarkan aku. Maafkan aku untuk tak perduliku.

Entah jika ini hanya sebuah film, aku tak pernah rela jika durasinya habis walaupun berakhir bahagia.

Lalu,

Ada satu masa paling menyakitkan. Memang, selalu ada konflik dalam kisah sebuah film percintaan. Tapi, untuk film ini aku mohon buat konfik itu hanya dalam sebuah mimpi.

Sayangnya, sang Penulis tak mengizinkannya. 
Sayangnya, kamu terlalu cepat menghindari ku.
Sayangnya, sampai saat ini aku masih berjalan dengan sejuta kenangan bersama mu.
Sayangnya, sampai saat ini pula kamu tak pernah lagi menoleh kearah ku.
Sayangnya, kamu meninggalkanku tanpa sebuah konflik hingga menyusahkan ku untuk membencimu.

Lalu, film ini berakhir tanpa bahagia.



Kamis, 03 Desember 2015

Everything i didn't say.

Bukan lagi bicara tentang hati.
Kali ini tentang rasa, rasa yang dirasa cukup nampak namun tak seharusnya nampak.

Entah, sudah keberapa kali aku menantap kamu seolah teman,
Sudah seberapa lama aku bahagia bercerita denganmu seolah teman,
Sudah seberapa banyak waktu yang kita habiskan seolah teman,
Dengan rasaku yang lebih dari sekedar teman.

Maaf, untuk rasa yang tak wajar ini.
Maaf, untuk degup jantung yang tak seharusnya muncul di sela sela perbincangan kita.
Maaf, untuk waktu yang kuluangkan karna rasaku bukan karna teman.

Egois ku berpusat dikamu.

Aku yang terjebak oleh hatiku sendiri,

Oleh beribu ribu pertanyaan tentang kamu.

Sibuk merangkai semua kejadian untuk membenarkan hatiku berharap.

Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatiku menimbun banyak mimpi seolah olah kamu merasakan hal yang sama.

Sehingga,

Pada akhirnya aku tak tau lagi mana simpul yang nyata atau mana simpul yang dusta.


Senin, 09 November 2015

Aku yang menamaimu 'Semesta'

Di persimpangan.

Kita berada di jalan yang sama,
Aku ujung barat dan kau ujung timur,

Hendak bersebelahan walau hanya sepersekian detik.

Hendak berpapasan walau degup jantungku yang berdetak lebih kencang dari biasanya mengatakan tidak.

Aku telah diperingatkan,

Bukan lidahmu memang yang bersuara

Tapi raut wajahmu lebih dari sekadar bicara.

Jelas,

tertulis besar-besar dengan huruf kapital.

"Jangan jadikan aku semesta, bagiku rasamu tak penting"

Rabu, 28 Oktober 2015

Pengagum. Kamu.

Tentang sebagaimananya kamu,
Terkadang..
Untukmu, seringkali aku melawan aku.
Seperti hidup yang penuh kejutan,
Seperti kamu yang tiba tiba ada,
Tiba - tiba aku bahagia.
Seringkali juga aku ingin memberhentikan waktu, atau membuat waktu lebih lamban dari biasanya.
Agar kita diberikan waktu untuk berfikir bagaimana memulai cerita.
Aku pernah dengar "Jangan sampai, mencintai membuatmu kembali seperti anak kecil, memaksa untuk memiliki."
Aku tak ingin memaksa, membuatmu memberiku celah sedikitpun aku tak ingin.
Jika, memang tak bisa saling menuju, bisa apa?
Yang pada kenyataannya kita hanya kedua punggung yang perlahan menghilang. Tidak. Aku memperhatikanmu sampai perlahan menghilang.
Keadaan dimana seperti memisahkan helai demi helai benang dari kain yang kau pintal sendiri.
Padamu ada pesona yang mengecoh, membuat aku lupa percaya, bahwa jatuh cinta itu susah.
Mungkin, beberapa hal memang terlalu indah jika nyata terjadi. sebabnya, malam menyediakan mimpi agar kita tetap bisa menikmati meski berwujud fiksi.

B 6561 CUI.

Senin, 10 Agustus 2015

Kau memberhentikan ku di persimpangan.

Mungkin ada yang lebih indah.
Mungkin ada yang lebih jernih tanpa bebatuan yg dilumuti.
Mungkin ada yang lebih mengalir deras karna kamu ingin cepat sampai tujuan.

Mungkin kamu tak mengetahui tujuannya kau hanya menikmati indahnya.
Mungkin kamu tak mau terpeleset dan tenggelam maka kamu memilihnya.
Mungkin kamu terlalu terburu buru untuk mengetahui tujuanmu bukanlah tujuannya.

Mungkin kamu tak menyadari sungaiku keruh agar kamu belajar menjernihkan.
Mungkin kamu hanya tak tau bebatuan penuh lumut di sungaiku agar kamu lebih hati hati untuk memilih jalan yg lebih baik.
Mungkin alir sungaiku lamban agar kamu tau perlu sabar untuk sampai tujuan.
Mungkin sungaiku terlalu banyak mengajari mu namun kamu tak mau diajari.

Dan dari semua kemungkinan yang aku buat, kamu memberhentikan aku di persimpangan.

Kamis, 16 Juli 2015

Jadi, bolehkah aku menjadi sungaimu?

Awalnya aku hanya sekedar mencoba mengalir mengikuti arus yang ada, yang perlahan lahan kamu buat entah sengaja atau tidak, entah hanya untuk aku atau tidak, bahkan aku sendiri tak yakin ini nyata atau tidak. Pelan-pelan namun tak pasti aku malah semakin menujumu dan parahnya lagi arus ini menenggelamkan ku pada indahnya kamu, lalu aku mulai menikmatinya.

Bolehkah aku menjadi sungaimu? Yang selalu kau tuju hingga tak berunjung.
Bolehkah aku menjadi sungaimu? Yang membawamu pergi jauh namun selalu dengan ku.
Maukah kamu menjadi sungaiku?
Biarkan kerikil kerikil kecil itu mengganggu jalanmu, agar kamu lebih mengerti apa arti perjuangan.
Biarkan lumut licin itu bertahan di bebatuan, agar kau terpeleset dan tenggelam didalam ku.
Biarkan ikan ikan itu berenang, agar bisa menemani sepimu.

Namun, aku lupa aku tak sadar bahwa walaupun memang aku yang mencintaimu  tak berunjung, sungai memang tak berunjung namun dia bercabang. Tetap hanya kamu yang memilih akan kah tetap aku yang membawamu pergi jauh hingga laut atau kau memberhentikan aku dipersimpangan.